Langsung ke konten utama

ME and MY PARENTS



 Selamat Sore :) 
 Sore ini iseng ngerjain tugas di perpustakaan dan sok ambil tempat duduk di ruang skripsi hehehe :D. Tengok kanan kiri adanya wajah tegang sambil menghadap monitor laptop dan beberapa skripsi di sebelah kanan dan kiri mereka. Subhanallah... ruang skripsi hari ini rame banget tidak seperti hari-hari sebelumnya, kalau menurut aku sih ini pada deadline biar ikut wisuda bulan Agustus, semoga aja diberi kelancaran Amin :). Uniknya nih ada yang sambil ditemenin pacar, teman sampai dosen pembimbing, wah wah kebayang kan ramenya ruang skripsi sore ini. Ada yang sambil konsultasi, sayang-sayangan sama pacara, hahaha :D dan ada juga yang sendiri sambil pegang kepala terus dan pasang wajah kusut. Well.. suasana tetep kondusif kok dan jadi hiburan tersendiri buat aku :D. 
Sore ini aku mau share cerita tentang aku dan dua malaikatnya Allah yang luar biasa. Ibu dan Bapakku :). Enjoy to read it guys :)
 
Aku bukan terlahir dari keluarga yang berada. Bapakku hanya buruh tani dan Ibu yang seorang pedagang dengan penghasilan yang seadanya. Namun aku bersyukur karena aku dilahirkan dari keluarga yang tahu tentang agama. Kedua orang tuaku sejak kecil mendidikku dengan penuh kesederhanaan.
Memiliki mereka adalah salah satu anugerah yang pailng indah yang Allah berikan untukku. Kedua orang tua yang baik dan penuh dengan kasih sayang. Walaupun terkadang mereka suka marah dengan nada yang sedikit meninggi yang dulu membuatku kesal, sekarang aku sadar bahwa mereka bersikap seperti itu karena mereka sayang kepadaku. Mereka ingin mempersiapkan aku sebagai anak yang siap lahir batin dalam menghadapi kehidupan yang semakin rumit kujalani. Selama hampir 19 tahun ini aku diajari banyak hal dari mereka. Dengan sabarnya membimbingku mengenal satu per satu angka saat TK, mengajariku membaca ketika MI, Menemaniku belajar saat MTs dan menjadi teman diskusi ketika MA.
Sekarang aku sudah pada tingkat tinggi pendidikan. Aku sudah kuliah. Awal keberangkatan ke Jogja yang penuh dengan tangis seakan tak ingin melepas anak gadis satu-satunya ini. mendapatkan kepercayaan bapak dan ibu adalah hal yang paling susah. Maklum aku adalah anak perempuan. Mereka bersikap seperti itu karena khawatir terjadi sesuatu kepadaku, maka saat kepercayaan itu aku dapatkan, aku tidak akan menyia-nyiakannya. Jarak yang jauh awalnya membuatku sering menangis menahan rasa rindu pada mereka orang tuaku. Sering merasa kesepian di kos dan rindu saat ditemani ketika belajar. Namun saat jauh itulah menjadi semangat tersendiri untuk kuliah.
Mereka adalah segalanya untukku. Semaksimal mungkin aku rutin menelfon tiap minggu 2-4 kali telfon. Bahkan saat pertama kali di Jogja setiap hari aku pasti menelfon mereka. Dan ketika mendengar kembali suara itu, suara yang dulu membangunkanku setiap paginya, suara yang sabar mengajakku makan saat aku mulai lupa makan dan asyik dengan tugas, suara yang suka mengajakku melantunkan shalawat saat aku mulai suka dengan musik-musik pop saat ini, aku bahagia masih bisa mendengarnya walaupun terpisah jarak dan waktu.
Hal yang paling mengharukan adalah ketika kami sudah tidak bertemu selama 1 bulan lebih. Satu hari sebelum hari penerimaan wali mahasiswa di gedumng MP UIN, bapak dan ibu datang. Sambil menunggu aku selesai kuliah, mereka menungguku di teras masjid UIN. Ketika aku mendekati ibu, beliau meneteskan air mata dan langsung memelukku, subhanallah inilah moment yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
Sejauh ini komunikasi dengan rumah masih lancar dan apabila ada waktu libur yang agak lama aku bisa pulang dan senang bisa secara langsung melihat mereka. Alhamdulillah semester 1 kemarin IP 3,88 bisa aku persembahkan untuk mereka. Semoag di semester depan depan samapi wisuda nanti predikat cumlaude bisa aku berikan kepada mereka. Semoga apa yang senantiasa aku tulis di dinding kos sebagai targetku bisa aku raih satu per satu atas ridho Allah. Dan sampai sejauh ini pun Alhamdulillah aku bisa membiayai kuliah dengan bantuan beasiswa bidikmisi dan aku yakin semua itu tidak lepas dari do’a meka kedua orang tuaku.
Dulu, aku jarang sekali menciumi ibu ketika di rumah, namun sekarang setiap kali pulang ciuman itu mendarat bertubi-tubi di pipi ibu maupun bapakku. Bahkan bermanja-manja dengannya pun aku tidak malu. Inilah ekkspresi kerinduanku yang tidak bisa melihat ibu sepanjang hari namun hanya bias beberapa hari saja setelah 2-3 bulan tidak pulang. Sebaris do’a yang selalu aku panjatkan pada Allah SWT untuk mereka adalah kesehatan, keselamatan, lancar rizki dan semoga aku bisa membahagiakan mereka baik dunia maupun akhirat. Karena aku yakin do’a anak yang sholeh maupun sholehah akan diijabah oleh Allah.
Kelak setelah aku lulus kuliah, jika mampu tembus beasiswa S2 di luar negeri maupun sudah bekerja aku ingin mampu menaikkan haji mereka berdua, namun jika waktunya masih harus menunggu 10 tahun lebih, setidaknya aku mampu umroh terlebih dahulu bersama-sama mereka dan bersujud di rumah Allah bersama-sama. Aku ingin bersama mereka di surga nanti dan juga bersama kakakku. Inilah do’a, harapan dan keinginanku bersama mereka. Kedua orang tuaku adalah segalanya untukku. Aku akan membuat mereka bangga atas prestasiku bukan membuat mereka sengsara oleh deritaku.
Setiap kali menelfon yang pertama ditanyakan oleh orang tua adalah apa aku sehat atau tidak. Sudah makan atau belum dan sedang apa. Biasanya mereka menelfon saat malam. Aku sering menyuruh ibu untuk makan malam yang teratur bukan hanya aku saja yang harus makan sevara teratur tapi bapak dan ibu juga biar tetap sehat. Padahal dulu saat di rumah hal semacam ini jarang sekali aku katakan. Kemarin aku menelfon bapak dan ibu karena liburan imlek tidak bisa pulang. Aku mengatakan bahwa aku ingin kerja di depan kos yaitu jaga toko. Akan tetapi mereka tidak memberi restu dan menyuruhku untuk fokus dengan kuliah. Yang terpenting beasiswa bidikmisi yang sudah didapat dapat dipertahankan dengan baik, kuncinya yaitu kuliah dengan tekun. Mereka juga mengatakan bahwa untuk urusan kerja jangan dipikir berat-berat dulu, bapak dan ibu yakin nanti juga ada rejekinya ada waktunya sendiri, yang terpenting sekarang fokus kuliah terlebih dahulu. Aku memilih untuk menuruti mereka dan tidak membantah setiap nasehat atau petuah yang diberikan. Oleh karena itu aku harus lebih tekun lagi dalam kuliah.
Semoga Allah panjangkan umur mereka sehingga mereka bisa melihat anak-anaknya dengan kesuksesannya dan ikut merasakan inilah kesuksesan yang kami berikan atas apa yang telah mereka lakukan untuk kami. Aku menyayangimu orang tuaku. Doakan yang terbaik untuk anakmu ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Inspiratif

           Sore ini sudah cukup nongkrong di perpustakaan. Mau lanjut untuk observasi ke TPA PAMA di Papringan yang nantinya akan saya posting hasil observasinya untuk temen-temen tentang salah satu pelaksana pendidikan Islam ini. Hampir saja kelupaan ada tugas untuk mencari artikel tentang Sumber Daya Manusia Pendidikan sebagai tugas Pengantar Ilmu Manajemen untuk mengganti pertemuan hari Kamis yang libur kemarin. Akhirnya pilihan artikel jatuh pada tulisan ibu Saprilina Ginting, S.Pd yang mengangkat tema guru inspiratif. Hmmm.. menarik bukan? Nah di tugas pak Misbah kali ini kita diminta untuk membuat pointers dengan ketentuan minimal 15 baris. Next time juga akan aku posting bagaimana pointers dan kesimpulan yang bisa aku ambil dari artikel ini. see you next time :) Menjadi Guru Inspiratif, Modal Berharga Bagi Masa Depan Siswa             Senin, 5 Mei 2015 Bagi sebahagian orang, menjadi seorang guru bukanlah perkara sulit, walaupun bukan dari latar belakang pend

contoh makalah BTQ

MAKALAH BTQ QALQALAH DAN AL-TA’RIF     Guru pengampu : Bp. Anwar, S.pd.I Disusun oleh     : Alfiatur Rohmah                                     Etika Rohma Shofiana   Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013 BAB I PENDAHULUAN       Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah F ardu Kifayah, akan tetapi mempergunakan ilmu itu dalam membaca Al-Qur’an adalah fardhu’ain (wajib). Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah SAW selalu membaca Al-Qur’an dihadapan malaikat jibril. Oleh karena itu, kita sebagai umat beliau hendaknya mengikuti apa yang beliau lakukan. Namun sayangnya masih banyak manusia yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar yang sesuai dengan ilmu tajwid. Sebenarnya hal tersebut perlu kita waspadai, karena apabila kita tidak membaca ayat suci Al-Qur’an dengan tetap maka makna yang terkadung di dalamnya pun tidak akan sesuai dengan itu khususnya siswa-siswi Madrasah Al

INTRO ~PILIHAN~

Hidup adalah Pilihan. Memilih dan dipilih. Roda kehidupan akan begitu jalannya. Kau mau memilih atau dipilih. Yang ada diantara keduanya adalah resiko. Mau tak mau memang harus dijalani, karena kita sudah memilih atau dipilih. Perkara memilih dan dipilih juga tidak luput dengan faktor-faktor lain. Intern dan ekstern. Belum lagi, apa yang kita pilih kadang belum tentu baik untuk kita. Tapi sudah pastilah yang dipilihkan Sang Pencipta itu terbaik bagi kita. Karena-Nyalah Dzat yang Maha Mengerti apa yang kita butuhkan. Jika hidup adalah tentang pilihan, maka benar jika manusia ini ada di dunia layaknya sang musafir yang dipersimpangan jalan. Kau mau pilih kekanan atau ke kiri. Karena sama sajalah untuk satu tujuan. Setiap jalan itu banyak rintangan yang kita lewati. Pasti. Bukan berarti ketika kau memilih A, pilihan yang B salah. Pilihan B hanyalah jalan lain yang tidak kita pilih yang sebenarnya untuk tujuan yang sama. Bukankah hidup kita tinggal mengikuti skenario Pencipta